Sumenep. PamorRakyat.com. Bedah Buku dan kupas tuntas Buku “Menusia Merdeka yang Memerdekakan” di gelar oleh Lembaga kemaslahatan Keluarga Nahdatul Ulama Kecamatan Nonggunong ( LKK NU) MWC NU Nonggunong dalam Rangka Harlah NU ke 102 di Kecamatan Nonggunong Sumenep yang di Laksanakan Hari Rabu ( 15/1/2025 ).
Kegiatan tersebut bertujuan dalam rangka mengkaji manusia yang Merdeka yang terbentuk dari Semangat ke NUan yang diinisiasi oleh Hadlratussyekh KH M. Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan KH. Bisyri Syansuri. Bedah buku membidik tema “Manusia Merdeka yang Memerdekakan”.
Turut hadir dalam acara tersebut Forpimka Kecamatan Nonggunong, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.
Menurut Ketua LKK NU Nonggunong, Ulifia, S.Pd. dari hasil Analisa kritis Bedah Buku tersebut dapat di ambil poin penting bahwa Ulama-ulama NU adalah sosok yang memahamai agama secara mendalam dan bergerak untuk mengembangkan potensi umat di segala bidang, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan kesehatan. Mereka bukan sosok yang pasif dan apatis terhadap problematika umat.
” Ulama ulama terdahulu bukanlah sosok yang pasif dan apatis terhadap problematika ummat, bahkan mereka terdepan dalam bergerak mengembangkan potensi ummat dalam segala bidang, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan kesehatan” ungkapnya pada awak Media.
Hal ini dibuktikan dengan tiga embrio berdirinya NU, yaitu Tahswirul Afkar (kelompok diskusi lintas sektoral untuk mematangkan aspek keilmuan), Nahdlatut Wathan (merajut persatuan berbasis nasionalisme di tengah upaya memecah belah bangsa), dan Nahdlatut Tujjar (kebangkitan ekonomi menuju kemandirian). tiga gerakan tersebut, baik keilmuan, nasionalisme, dan ekonomi harus dibangkitkan di era sekarang menuju kejayaan NU di masa depan, khususnya pada saat satu abad tahun 2026 yang akan datang.
Dia juga menambahkan atau menjelaskan, dalam konteks kebangkitan ekonomi NU, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pengembangan potensi umat, seperti Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat.
minimal satu kecamatan satu yang bergerak ke sektor riil. Ketiga, mendirikan mendesak dibangkitkan dengan manajemen profesional dengan integritas dan akuntabilitas yang memadai. Keempat, mendirikan pusat industri berbasis keunggulan lokal untuk membangkitkan spirit entrepreneurship (kewirausahaan) di masyarakat.
Wakil ketua MWCNU Mursidi Nur, S.Pd, yang menjadi pembanding dalam bedah buku tersebut menyatakan, bahwa ekonomi Indonesia sekarang ini 92 % dikuasai oleh asing. Hanya 8 % yang dikuasai kaum pribumi.
Melihat tantangan ini, menurut dia, maka spirit Nahdlatut Tujjar harus direvitalisir supaya warga NU mampu mencapai kemandirian ekonomi. NU harus mendirikan pusat-pusat perbelanjaan seperti NU-Mart di berbagai daerah untuk menandingi Alfa dan Indo-Mart yang sudah menyebar di berbagai daerah.
Mursidi Nur, sebagai ketua Iksas Alumni mendorong kader-kader muda NU untuk mendalami isi buku ini karena banyak pelajaran berharga yang bisa diambil untuk menatap masa depan NU.(sbw)